Jujur dan Dipercaya


By: yudho

Jujur bermakna keselarasan antara ucapan dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu ucapan sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya.

Jujur bahasa arabnya Shiddiq. Sahabat Abu Bakar mendapat gelar itu. Sebab dalam hidupnya, ia selalu jujur. Perlakuan orang lain terhadap orang jujur ialah percaya 100%.

Lain Abu Bakar, beda pula dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau sejak kecil mendapat gelar al-amiin. Artinya orang yang dapat dipercaya. Mengapa? Karena Nabi tidak pernah berbohong atau menipu.

Pribadi unggul membiasakan diri dengan sikap jujur, baik dalam berbicara, maupun berbuat. Ia sangat hati-hati dan takut terkena stempel munafik. Sikap jujur seseorang antara lain tampak saat berjanji, selalu tepat. Pribadi unggul menganggap janji sebagai hutang, kalau tidak ditepai merasa memiliki hutang kepada orang lain.

Menepati janji ibarat orang yang (mohon maaf) kebelet kebelakang. Kalau belum dilaksanakan rasa mengganjal masih mengganggu. Semakin dekat waktunya, rasa itu semakin menjadi.

Begitu janji sudah ditepai, muncul rasa “plong” seperti terbebas dari sesuatu. Selain menepati janji merupakan kewajiban, perbuatan jujur  juga meningkatkan kredibilitas anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.